expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

ASRAMA

ASRAMA
WELCOME!!! Haloo semuanya... Makasi udah mau mampir di blog ini. Ini nama kelompok Ilmu Sosial hehehe. Nama blog? Kalian pasti tanya-tanya apa sih artinya Asrama? Kenapa blog ini namanya Asrama? Jadi gini nihhh,, Asrama itu sebenernya singkatan dari "Apalah Arti Sebuah Nama yang Penting Kita Bersama". Hehehe Kenapa kita namain seperti itu? Karna tujuan blog ini adalah kebersamaan. Bersama berbagi informasi, pengetahuan. Intinya, entah siapapun nama kita, darimanapun budaya kita, yang penting kita bersama :)

Jumat, 24 April 2015

Human Philosophical Reflection 2 : Knowledge, Intelligence, Affection, and Freedom

1. Knowledge (Pengetahuan)

1.1 Pengetahuan tidak bisa dipandang seperti memandang suatu objek yang terdapat di sana, di depan subjek, yang dapat dijangkau oleh pandanga  dan oleh tangan manusia. Permasalahan kritis di sini adalah kompleksitas pengetahuan manusia yang sulit dijangkau secara lengkap, utuh, dan paripurna oleh budi manusia yang terbatas.

1.2 Pengetahuan itu dikatakan indrawi lahir atau indari luar kalau orang mencapaiya secara langsng, melalui penglihatan, pendengaran, pembau, perasaan, serta peraba setiap kenyataan yang mengelilinginya.

1.3 Pengetahuan itu dinamakan pengetahuan indrawi batin ketika menampakkan dirinya kepada orang dengan ingatan dan khayan, baik mengenai apa yang tidak ada lagi atau yang belum pernah ada maupun yang terdapat di luar jangkauannya.

1.4 Pengetahuan disebut juga perseptif, muncul secara spontan, pengetahuan itu memungkinkan orang untuk menyesuaikan dirinya secara langsung dengan situasi yang disajikan. Pengetahuan dalam arti ini lebih menyatakan dirinya melalu gerakan tangan, tingkah laku, gerakan-gerakan, sikap-sikap, serta jerit teriakan, daripada dengan perkataan yang dipikiran atau dengan keterangan yang jelas.

1.5 Pengetahuan disebut refleksif, ketika pengetahuan itu membuat objektif kodrat dari suatu realitas apa pun juga. Pengungkapannya adalah, baik dalam bentuk ide, konsep, definisi, serta putus-putusan maupun dalam bentuk lambang, mitos, atau karya-karya seni.

 2. Intelligence (Pengertian)

 2.1 Istilah Inteligensi diambil dari kata intellectus dan kata kerja intellegere (bahasa Latin). Kata intellegere terdiri dari kata intus yang artinya dalam pikiran atau akal, dan kata legere yang berarti membaca atau menangkap. Kata intellegere dengan ini berarti membaca dalam pikiran atau akal segala hal dan menangkap artinya yang dalam.

2.2 Menjadi Intelegensi berarti menangkap apa yang fundamental pada jenis ini atau macam ada yang itu, berarti menangkap apa yang esensial dari suatu gejala. Melihat apa yang hakiki  dalam kegiatan ini atau itu (menambah, mengurangi, mengalihkan, atau membagi).

2.3 Inteligensi adalah kegiatan dari suatu organisme dalam menyesuaikan diri dengan situasi-situasi dengan menggunakan kombinasi fungsi-fungsi seperti persepsi, ingatan, konseptual, abstraksi, imajinasi, atensi, konsentrasi, seleksi relasi, rencana, ekstrapolasi, prediksi, kontrol (pengendalian), memilih, mengarahkan. Berbeda dengan naluri, kebiasaan, adat isitiadat, hafalan tanpa mempergunakan pikiran, tradisi.

2.4 Pada tingkat intelek (pemahaman) yang lebih tinggi, inteligensi juga dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah-masalah (soal-soal kebingungan) dengan penggunaan pemikiran abstrak.

2.5 Bentuk-bentuk kegiatan intelektif manusia berasal dari tahap-tahap yang paling rendah (sederhana) sampai ke tahap yang lebih tinggi (kompleks). Pengetahuan itu berjalan dari tahap yang tidak sadar sampai kepada tahap yang sadar yang menempatkannya secara sistematis dan reflektif. Pngetahuan pada tahap sadar ini memiliki sistematisasi dan refleksi. Pengetahuan intelektif yang paling rendah atau yang paling sederhana adalah penglihatan atau penanggapan (persepsi). Kegiatan intelektif pada tahap yang rendah atau sederhana ini umumnya digerakkan secara tidak sadar dan prareflektif. Persepsi ini, misalnya tampak pada refleksi spontan, prasadar, dan prapribadi.

3. Affection (Afektivitas)


3.1 Cipta (kognisi), karsa (konasi), rasa (afeksi), itulah trias-dinamika manusia, atau manusia sebagai trias-dinamika. Diakui bahwa manusia bukan saja memiliki kemampuan kognitif-intelektual, tetapi juga afektivitas. Jelasnya, disamping pengetahuan afektivitas juga membuat manusia berada secara aktif dalam dunianya serta berpartisipasi dengan orang lain dan dengan peristiwa-peristiwa dunianya.

3.2 Afektivitas tidak sama dengan pengetahua namum menjadi penggerak atau penyebab dan sekaligus akibat dari proses pengetahuan manusia dalam arti penerapannya dalam bentuk perbuatan atau tindakan.

3.3  Kaum positivis dan saintis umunya memanang bahwa hal-hal afektif tidak memiliki objektivitas untuk diletakkan sebagai tindakan kognitif intelektual. Alasan penolakannya adalah karena kendala indrawi yang tidak dapat memberikan penegasan epistemologis yang berkesesuaian terhadapnya. Walaupun demikian, hendaknya orang tidak terlalu cepat untuk mengambil kesimpulan hanya karena hal-hal afektivitas bersifat nonkognitif.

4. Freedom (Kebebasan)


4.1 Manusia akan mungkin merealisasikan dirinya secara penuh jika ia bebas.  Gagasan kebebasan semacam ini selalu aktual dalam hidup manusia selain karena kebebasan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari diri manusia, juga karena kebebasan itu dalam kenyataannya merupakan suatu yang bersifat "fragile"; kebebasan bersifat sensitif dan rapuh. Manusia adalah makhluk yang bebas, namun sekaligus manusia adalah makhluk yang harus senantiasa memperjuangkan kebebasannya.


4.2 “Freedom is self-determination”. Berdasarkan pengertian itu dapat dikatakan bahwa kebebasan merupakan sesuatu sifat atau ciri khas perbuatan dan kelakuan yang hanya terdapat dalam manusia dan bukan pada binatang atau benda-benda. Kebebasan yang nampak secara sekilas dalam binatang-binatang pada dasarnya bukan kebebasan sejati. Mereka dapat menggerakkan tubuhnya ke mana saja, tetapi semuanya itu sebenarnya bukan berasal dari diri binatang itu sendiri. Gerakan binatang bukanlah hasil dorongan internal diri binatang. Kebebasan mereka adalah kebebasan sebagai produk dorongan-dorongan instingtualnya. Dengan istilah instingtual dimaksudkan tidak adanya peran akal budi dan kehendak. Dalam arti itu sebenarnya di dalam diri binatang-binatang tidak  ada kebebasan.


Sumber :
Power Point Binus Maya Human Philosophical Reflection 2 : Knowledge, Intelligence, and Freedom



Tidak ada komentar:

Posting Komentar